Mengenal Lebih Jauh Tentang Furoshiki, Kain Pembungkus Jepang

Salah satu masalah global yang sedang gencar dicanangkan adalah pengurangan penggunaan plastik. Wacana ini kian disuarakan dikarenakan plastik dinilai mengancam nyawa-nyawa di alam bebas. Indonesia dan Jepang merupakan dua dari beberapa negara yang pernah mendapati ‘kehadiran’ paus yang tewas menelan plastik berkilo-kilo jumlahnya. Salah satu upaya pengurangan plastik adalah menggunakan tas atau pembungkus yang tidak sekali pakai. Jepang sendiri memiliki aksesoris kain yang sudah bagian menjadi kehidupan sehari-hari masyarakatnya, yaitu furoshiki.

Sejarah Furoshiki

Furoshiki adalah aksesoris kain khas Jepang yang sudah diyakini ada sejak zaman Nara (710-794). Pendahulunya yang ada pada saat itu adalah tsutsumi. Untuk fungsinya, tsutsumi dikhususkan untuk melindungi barang-barang berharga yang ada di dalam kuil-kuil Jepang.

Fungsi tsutsumi sedikit berubah saat zaman Heian (710-794), kain tersebut digunakan sebagai pembungkus pakaian. Pada zaman Muromachi (1336-1573), fungsinya berubah lagi dan masih sama sampai sekarang, yaitu membungkus atau membawa barang apapun sesuai keinginan pemakai.

Furoshiki dan Tenugui, Apa Perbedaannya?

Pada dasarnya, keduanya adalah kain serbaguna, namun ada perbedaan kunci antara furoshiki dan tenugui.

Tenugui dibuat sedikit lebih tipis, karena alasan utama diciptakannya adalah untuk mengeringkan tangan atau mengelap keringat. Ujung tenugui pun biasanya tidak dijahit, dengan alasan yang tidak diketahui secara pasti. Namun, jika dibiarkan seperti itu pun tidak apa-apa, mengingat fungsi tenugui adalah untuk hal-hal yang lebih personal dan bukan untuk dipamerkan.

Furoshiki

Sedangkan furoshiki nilai estetikanya lebih dipertimbangkan, karena fungsi umumnya adalah untuk membungkus hadiah atau membawa barang, yang biasanya dijahit rapi dan dibuat dengan bahan yang mewah. Bahkan, ada juga yang memuat lukisan tangan yang indah sebagai desainnya. Ukuran kainnya juga lebih besar dari tenugui.

Bahan Kain Furoshiki dan Masing-Masing Kegunaannya

Bahan untuk furoshiki tak hanya satu jenis kain saja, melainkan ada kain sutra, katun, rayon, poliester, kanvas, dan lain-lain. Perbedaan bahan ini mempengaruhi penggunaannya.

Sebagai kain mewah, furoshiki berbahan sutra sering dijadikan pembungkus hadiah untuk momen spesial, atau bahkan sekedar menjadi selendang dan pajangan dinding karena keindahan kesan berkilau pada warnanya.

Sedangkan yang berbahan rayon memiliki tekstur seperti sutra, dengan harga yang lebih murah. Bahannya yang lebih tahan air cocok dijadikan sebagai pembungkus hadiah.

Bahan poliester cocok untuk mereka yang ingin membungkus hadiah dengan bahan kain yang tidak melebihi harga barang yang dibungkus, juga bisa digunakan sebagai tas karena tidak mudah menyerap air dan mudah dibersihkan.

Furoshiki

Di antara jenis-jenis lainnya, bahan katun adalah yang paling serbaguna. Karena katun Jepang umumnya berkualitas tinggi dan lembut, bahan yang satu ini bisa dijadikan pembungkus, tas, selendang, pajangan, dan sebagainya. Dan bahan katun juga lebih mudah dibersihkan, tahan lama, dan lebih murah daripada sutra.

Furoshiki di Zaman Sekarang

Sebagai kain yang bisa dibentuk menjadi berbagai rupa, penggunaan furoshiki dibebaskan kepada si pemiliknya. Namun, kebanyakan orang Jepang memakainya sebagai tas bento atau tas piknik, pembungkus hadiah, dan pembungkus barang pecah belah. Bahkan, di waktu darurat pun bisa dipakai sebagai penutup luka sementara.

Yang membuat furoshiki semakin bernilai di zaman ini adalah fungsinya yang bisa menggantikan plastik. Daripada mengoleksi tas plastik dari deparment store, sepertinya furoshiki lebih menyenangkan untuk dikoleksi karena kecantikan motifnya.

Tertarik menyelamatkan bumi dengan memakai furoshiki?

 

Source & Images: Japan Objects

 

The post Mengenal Lebih Jauh Tentang Furoshiki, Kain Pembungkus Jepang appeared first on Japanese Station.